30 Desember 2013
Tidur dialam terbuka memang sangat berbeda dengan dikamar yang beralaskan kasur empuk. Di dalam tenda ini kami hanya beralaskan matras dan harus menahan dingin dalam dekapan sleeping bag. Angin yang cukup kencang sejak tadi sore hingga pagi buta ini membuat tidur kami kurang nyenyak. Apalagi sekitar pukul 04.00 WIB rintik air dari kondensasi kabut pagi itu turun membasahi tenda. Beruntung hanya sebentar saja rintik hujan tsb.
Saya yang sangat kedinginan saat itu. Sampai dibuat menggigil tubuh ini. Tenda yang ditempati Ndo dan Reza mengalami masalah, hampir ambruk saat itu karena tidak sanggup mungkin untuk menahan angin semalaman, maklum saja karena menggunakan single frame yang baru pertama kali itu kami gunakan. Ndo dan Reza pun diungsikan ke tenda lainnya.
Masih gelap pagi itu pukul 05.00 WIB, matahari pun tak kunjung muncul. Saya yang mulai bangun hanya meringkuk dalam tenda saja karena angin diluar masih cukup kencang. Ditenda sebelah terdengar Reza sedang beraksi masak-masak air didalam tenda yang kebetulan memiliki teras yang aman memungkinkan untuk masak-masak. Sambil sesekali mengintip ke arah matahari muncul, Reza mengajak kami untuk beranjak dari hangatnya tenda. “Sunrise dull” serunya. Agak malas sebenarnya harus keluar dengan angin yang masih kencang tapi harus kami paksakan, sudah sejauh ini sangat sayang jika hanya dilewatkan untuk bermalas-malasan dalam tenda saja.
Bergegas lah saya setelah solat subuh sejenak, melengkapi tubuh ini dengan jaket dan sarung tangan. Membawa beberapa cemilan untuk dimakan sambil menikmati golden sunrise serta kamera untuk mengabadikan momen penting ini. Melangkahlah mulai keluar tenda, brrr…. luar biasa dingin nya. Tapi siapa sangka lukisan alam mulai menyambut kami. Masih cukup gelap saat itu tapi terlihat samar2 siluet jajaran gunung sindoro-sumbing serta awan-awan hitam sisa hujan semalam.
Sambil menunggu pasukan rayap yang lainnya keluar dari tenda, saya mencoba mengambil gambar. Mengintip sedikit kebawah sebelah barat terlihat lampu-lampu kecil di Kawasan dieng masih menyala. Sementara sisi timur mulai terdapat guratan-guratan orange matahri yang mencoba menembus awan pagi itu. Pasukan rayap pun sudah siap, dan sepertinya view kita untuk menikmati golden sunrise perlu bergeser sedikit. Kami mulai melangkah berjalan menuju bukit teletubies sekaligus memanaskan tubuh dengan bergerak setelah istirahat semalaman. Masih menghembuskan angin saja pagi itu, sambil menahan dingin kami berjalan mencari spot yang tepat. Setelah melewati antara bukit2 kami menunjuk 1 tempat puncak bukitan yang sepertinya bagus untuk menikmati sunrise.
Sampailah kami, satu persatu mulai mengeluarkan gaya andalannya didepan kamera. Sambil diburu sang matahari yang perlahan naik menampakkan sinarnya. Subhanallah, betapa indahnya alam ini. Sempat terpatung sejenak menyaksikan sekeliling. Menikmati cemilan sebungkusan Chita-Tiiit(Sensor). Para pasukan rayap membuka banner yang iseng-iseng kami buat bertuliskan “Pendakian Unyu Mt.Prau” yang terinspirasi dari salah satu artikel acuan kami yang membawa sampai sejauh ini. Ndo dengan banner Electronic City nya (Sponsor). Reza, Qubil & Bonay dengan banner Giant nya (Sponsor juga). Sementara Dabenk dan Cemonk dengan bendera Belerang (KPA yang mencoba terkenal dan eksis dengan semua tentang kentut dan keindahannya).
Waktu pun menunjukkan sudah pukul 07.00 WIB dan saatnya kami kembali ke tenda untuk packing lalu turun, karena masih banyak tempat yg menarik disekitaran dieng yg ingin kami kunjungi. Rencananya Pukul 09.00 WIB nanti kita akan mulai perjalanan turun. Kabut pagi itu sangat tebal ketika kami sampai di tenda. Sangat cepat cuaca berganti, praktis membuat kami bermalas-malasan kembali dalam tenda. Reza yang sedang bersemangat didampingi Cemong sebagai asisten mencoba melakukan atraksi masak-masaknya. Menu nya Roti bakar isi telur dadar bertabur sosis, disambut segelas teh hangat.
Agak malas untuk memulai packing-packing barang, tapi harus kami lakukan. Cuaca masih saja berkabut tebal, sekeliling kami radius 10 meter hanya terlihat Putih. Saat packing-packing, tiba-tiba datang serombongan orang yang mendaki juga. Lalu kami saling sapa dan berbincang-bincang ringan, menyempatkan juga berfoto bersama.
Tepat pukul 08.45 WIB kami mulai berjalan meninggalkan pucuk prau. Ditengah dekapan kabut yang sejak pukul 07.00 WiB tadi turun. Beruntung kami sempat menikmati golden sunrise tadi pagi. Langkah-langkah kecil pun kembali menjajakan kaki nya menuju peradaban. Kami melakukan perjalanan turun dengan rute yang sama saat naik tadi. Di perjalanan sebelum tower kami di sirami rintik air kondensasi, saya pikir ini hanya sebentar saja maka tidak perlu memakai jas hujan. Lalu benar saja tidak lama rintik air berhenti terbawa angin. Sampai di tower kami istirahat sejenak, menghabiskan segenggaman coklat cha-cTittt (sensor).
Hujan pun turun selepas kami tidak jauh berjalan dari tower. Saya meyakini ini benar-benar hujan karena sekeliling sudah di selimuti awan Putih maka kami bergegas mengenakan jas hujan. Dan sepanjang perjalanan turun kami ditemani dengan hujan. Ada kejadian lucu disini (mendekati bahaya sebenarnya), pasukan rayap Dabenk terpeleset dengan posisi kepala dibawah kaki diatas. Namun dia langsung berdiri kembali dan tertawa, diikuti komandan Reza menertawainya. Perlu konsentrasi dan focus memang saat melewati jalanan setapak saat hujan seperti ini.
Pukul 10.30 WIB kami satu per satu berkumpul di sekolahan SMPN 2 Kejajar untuk berteduh. Hujan tidak kunjung berhenti sampai pukul 11.00 WIB, lalu kami paksakan saja untuk turun ke Jalan raya yang rencananya akan mencari kendaraan yang dapat kami carter untuk mengantarkan ke candi lalu ke terminal wonosobo. Sesampainya di pertigaan Jalan Raya kami berteduh di Pangkalan ojek karena hujan sepertinya semakin deras. Disitu saya tergoda akan asap yang mengebul dari panic salah satu gerobak mie ayam bakso, langsung lah tanpa berlama-lama saya dan Ima memesan 2 porsi. Sementara yang lain berpencar mencari pernak-pernik souvenir gunung prau ke basecamp Dieng.
Hujan masih turun sampai selesai semangkuk mie ayam baso saya lahap. Sepertinya kondisi ini memaksa kami tidak bisa bergerak kemana-mana lagi. Sambil sesekali Ndo menyambung pembicaraan dengan penduduk yang dapat membantu mencarterkan kendaraan. Sangat mahal sekali, seorang tukang ojek menawarkan Rp 650.000 untuk sewa 1 mobil keliling diantarkan kemana saja 1 hari. Menurut kami itu terlalu mahal. Akhirnya diputuskan kami akan langsung meluncur ke terminal wonosobo saja, tapi sebelumnya saya dan Ima mencari beberapa oleh-oleh untuk dibawa. Ndo pun mengikuti, menyebrang ke toko oleh-oleh khas dieng bersama kami. Yang kami cari yaitu Carica (Sejenis Manisan yang dikemas dalam botol Sale/Cup) dan Kentang.
Setelah berbelanja oleh-oleh, kami mendapatkan “Bintang Carica” kemasan cup 250gr 1 dus isi 6 cup seharga Rp 30.000,- Namun ternyata saya mendapati toko sebelah yang lebih murah dan rasanya lebih nikmat Carica Merk “Candi Bima” seharga Rp 25.000,- Heummm lumayan merugi Rp 5.000,- dari toko yang pertama.
Perjalanan pulang ke terminal Wonosobo pun kami lakukan dengan menumpang bus kecil seharga Rp 12.500,- per orang. Masih penasaran sebenarnya dengan tempat-tempat yang menarik lainnya disekitar komplek Dieng seperti Telaga Warna, Candi Arjuna dan Kawah Sikidang. Tapi kami harus segera kembali ke Bekasi karena beberapa dari kami tanggal 31 desember 2013 esok hari harus mulai bekerja kembali. Saya duduk dibangku belakang saat itu. Ndo dan Reza didepan menemani sang Driver berbincang-bincang. Sementara yang lain berpencar ditengah seperti layaknya bus milik sendiri. Ketika baru sebentar berjalan, tiba-tiba bus berhenti di depan salah satu rumah yang ramai dengan stiker-stiker. Dan ternyata sang driver mempersilahkan pasukan rayap yang sedang mencari souvenir di Basecamp Patak Banteng tsb. Yang seharusnya menjadi titik awal pendakian kami kemarin. Bonay dan Qubil yang sangat bersemangat mencari kaos bertuliskan Gunung Prau tapi ternyata stok sedang habis. Akhirnya hanya membeli beberapa stiker dan gantungan kunci. Setelah itu bus pun melanjutkan perjalanannya menuju terminal wonosobo. Sebenarnya trayek bus ini tidak masuk/melalui terminal, tetapi berkat kesepakatan sebelum naik bus ini dengan driver menyetujui akan mengantarkan kami sampai terminal.
Pukul 14.00 WIB kami tiba di terminal wonosobo. Sangat bersih, rapih dan tidak banyak calo sehingga membuat kami nyaman bersantai-santai dahulu sambil mencari tiket bus. Kami tertuju pada salah satu PO saat itu yaitu Dieng Indah. Menanyakan harga tiket ke bekasi yang di bandrol Rp 95.000,- (eksekutif AC seat 2-2) Rp 90.000,- (bisnis AC seat 3-2) dan Rp 80.000,- (patas ekonomi seat 3-2). Akhirnya kami pikir-pikir terlebih dahulu karena ongkos kami sangat sudah membenkak dari perkiraan. Saya pun menawarkan untuk mencoba bertanya ke Po yang lain dahulu karena waktu kita masih santai. Biasanya bus-bus dari terminal wonosobo ini yang menuju ke jakarta dan sekitarnya berangkat pada pukul 16.00 WIB. Saya dan Reza pun bergerak menuju PO sinar jaya dan mendapatkan tiket menuju bekasi Rp 85.000,- (bisinis AC seat 3-2) berangkat pukul 16.00 WIB rencananya.
Masih banyak waktu yang kami punya sambil menunggu naik ke Bus. Pasukan rayap pun menyempatkan bersih-bersih diri/mandi di toilet terminal yang bisa dibilang cukup terawat. Ima dan Ndo berangkat terlebih dahulu menuju pemandian tsb. Sementara yang lain nya bersantai-santai di warung kopi. Tidak lama Giant advnture team yg terdiri dari Bonay, Qubil dan Reza melakukan aksi blusukan di terminal. Entah , ingin kemana mereka, yang spertinya masih penasaran mencari kaos bertuliskan Dieng atau Prau di pasar malam didepan terminal yang sempat terlihat dari minibus sebelum masuk tadi. Saya Cemonk dan dabenk berdiam ngopi-ngopi dan ngeteh-ngeteh di warung sambil menjaga barang-barang.
Satu jam berlalu dari pukul 14.00 WIB 2 wanita pasukan rayap pun selesai beritual di kamar mandi. Cukup betah sepertinya. Kemudian bergantian satu persatu kami membersihkan diri. Sampai juga pukul 16.00 WIB maka kami bersiap menuju ke bus. Setelah menemukan bus yang akan mengantarkan kami pulang ke bekasi kami langsung naik dan ternyata masih kosong penumpang. Dan bus tidak tepat waktu berangkat, kami pun menunggu sampai pukul 17.00 WIB baru bus beranjak dari terminal. Memang tidak penuh betul bus yang kami naiki itu. Kami yang berada di barisan/blok belakang bisa leluasa pindah-pindah tempat duduk dan menselonjorkan kaki lalu tidur.
Sepanjang perjalanan pasukan rayap hanya tertidur pulas, tidak ada cerita yang menarik lagi. Semua terbuai dalam mimpinya bisa berada di telaga, candi arjuna dan sikidang karena belum sempat kesana. Mungkin suatu saat nanti kita akan kembali dengan suasana dan pasukan yang berbeda. Bus merapat ke terminal bekasi sekitar 04.30 WIB. Lalu kami melanjutkan ke Kranji menumpang angkot 05A.
Ringkasan Ongkos per orang:
Berangkat
Kranji – Terminal Bekasi Rp 5.000
Terminal Bekasi – Terminal Purwokerto Rp 100.000
Terminal Purwokerto – Wonosobo Rp 20.000
Wonosobo – Dieng Rp 20.000
Pulang
Dieng – Terminal Wonosobo Rp 12.500
Terminal Wonosobo – Terminal Bekasi Rp 85.000
Terminal Bekasi – Kranji Rp 5.000